Skip to main content

Emosi Moral dan Empati pada Pelaku Perundungan-siber (Psikologi Umum)

Tindakan yang masuk dalam kategori perundungan-siber semakin meningkat akhir-akhir ini. Setiap pengguna internet dapat dengan mudah mempublikasikan emosi dan pikirannya di internet, termasuk di dalamnya emosi negatif yang ditujukan untuk menyakiti orang lain  Biasanya dengan mengungkapkan perasaan atau emosinya di internet emosinya berkurang. Penelitian ini menguji pengaruh emosi moral di dalam hubungan empati dengan perilaku perundungan-siber. Emosi moral yang diuji adalah malu, bersalah, kebanggaan hubristic dan kebanggaan autentik sedangkan empati meliputi kognitif dan afektif. Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa walaupun semua dimensi emosi moral memberikan sumbangan signifikan terhadap perundungan-siber namun hanya dimensi rasa berdosa saja yang memperkuat peran empati terhadap perundungan-siber. 
            Dengan adanya internet semua orang lebih mudah untuk mengetahui informasi, tetapi internet dalam segi negative, internet membuat orang enggan bertatap muka langsung. Seakan kebutuhannya sendiri sudah terpenuhi lewat internet. karena perundungan-siber dapat dilakukan dengan mudah bahkan dari ruangan yang sangat pribadi.
            Empati merupakan satu ciri sifat yang relatif stabil dari kepribadian individu, didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk dapat ikut merasakan emosi yang dialami orang lain. Blair mengemukakan bahwa empati ada tiga, yaitu empati motorik, empati kognitif, dan empati emosional. Empati kognitif terjadi bila individu merepresentasikan situasi internal mental dari orang lain. emosi terkait erat dan menjadi penghubung antara variabel pemotivasi perilaku lainnya seperti misalnya tujuan, keyakinan, dan dorongan dengan lingkungan. Dalam hal ini, emosi akan menjadi pemotivasi bagi pemenuhan kebutuhan atau pencapaian tujuan apabila pada saat itu lingkungan dipandang memungkinkan.

Metode
Remaja bejumlah 382 orang, 174 (45,5%) siswa SLTA sedangkan 208 (54,5%) mahasiswa, 103 (27%) perempuan sedangkan sisanya laki-laki.
Pengukuran
Menggunakan tiga skala yang mengungkap ketiga variabel. Data tentang pengalaman melakukan perilaku perundungan-siber dengan lima alternatif jawaban mulai dari tidak pernah hingga selalu. Contoh aitem dari SPS adalah ‘mengancam teman melalui media sosial’ dan ‘membuat lelucon konyol tentang teman di media sosial’. Skala Empati ini terdiri dari dua dimensi, yaitu kognitif dan afektif. Dimensi kognitif dari empati meliputi pengambilan perspektif orang lain (perspective taking) yaitu reaksi spontan seseorang menggunakan sudut pandang orang yang diamatinya, dan fantasi yaitu kecenderungan individu untuk menjelma-kan dirinya ke dalam tokoh atau karakter yang ada di dalam sebuah novel atau film. Dimensi empati afektif terdiri dari keprihatinan empatik (empathic concern) yaitu kondisi dimana seseorang ikut merasakan suasana emosi yang dialami seseorang yang ditimpa kemalangan, dan stres personal yaitu perasaan cemas dan tegang yang dialami individu.. Emosi moral diukur dengan Skala Emosi Moral (SEM) ini terdiri dari 10 skenario negatif dan lima skenario positif, yang diikuti dengan pilihan respons individu mengungkap emosi-emosi malu, rasa bersalah, dan bangga.  Proses penerjemahan Skala Empati dan Skala Emosi Moral dilakukan dengan prosedur penerjemahan secara bahasa maupun penyesuaian budaya.

Hasil Penelitian
Data yang terkumpul dari penelitian ini memperlihatkan bahwa laki-laki lebih banyak terlibat dalam perundungan-siber (M = 10,5; SD = 8) dibandingkan dengan perempuan (M = 7,13; SD = 5,19), perbedaan ini terbukti signifikan (F = 34,43; p <  0,01). Hasil sebaliknya diperoleh bahwa tingkat pendidikan tidak membedakan kecenderungan melakukan perundungan-siber ini. semakin tinggi pemahaman terhadap perasaan orang lain maka akan  semakin tinggi kecenderungan melakukan perundungan-siber. Korelasi antara empati kognitif dengan perundungan-siber ini semakin kuat pada individu yang memiliki rasa bersalah.


Comments

Popular posts from this blog

Cabang Kaidah Masyaqqah Tajlibu Al-taisir

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Syariat Islam tidak mentaklifkan kepada manusia sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh mereka dan sesuatu yang boleh menjatuhkan mereka ke dalam kesusahan atau dengan sesuatu yang tidak bertepatan dan serasi dengan naluri serta tabiat mereka. Masyaqqah atau kesukaran yang akan menjadi sebab kepada keringanan dan dipermudahkan berdasarkan kaedah ini ( masyaqqah tajlibu al-taisir ) ialah masyaqqah yang melampaui hal biasa dan tidak mampu ditanggung oleh manusia pada kebiasaannya, bahkan bisa memudaratkan diri seseorang dan menghalanginya dari melakukan   amal yang berguna. Kesukaran dan kesulitan yang menjadi problematika dan dilema yang terjadi pada mukallaf menuntut adanya penetapan hukum untuk mencapai kemaslahatan dan kepastian hukum guna menjawab permasalahan yang terjadi.  Sebelum adanya makalah ini, terdapat penjelasan tentang qaidah pokok dari masyaqqah tajlibu al-taisir, dan ini adalah tahap yang selanjutnya yaitu membaha

Tahapan – tahapan Dalam Tasawuf Untuk Mencapai Ma’rifat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melihat sejarah kehidupan dan perjuangan al-Gazali (450-505 H./1058-1111 M.) yang panjang dan melelahkan untuk mencari pengetahuan yang benar (al-makrifat) yang mampu meyakinkan dan memuaskan batinnya, akhirnya, ia temukan pengetahuan yang benar setelah ia mendalami dan mengamalkan ajaran kaum sufi. Dalam kajian ilmu tasawuf “Ma’rifat” adalah mengetahui Tuhan dari dekat, sedekat-dekatnya sehingga hati sanubari dapat melihat Tuhan”. Menurut shufi jalan untuk memperoleh ma’rifah ialah dengan membersihkan jiwanya serta menempuh pendidikan shufi yang mereka namakan maqamat, seperti hidup, taubat, zuhud, wara’, ikhlas, sabar, syukur, qona’ah, tawakal, ridlo, mahabbah,  barulah tercapai ma’rifat. Dengan kata lain ma’rifat  merupakan maqomat tertinggi dimana puncak seorang hamba bersatu dengan sang Khaliq.    Dalam makalah ini kita akan membahas tentang Ma’rifah dan Tahapan-tahapan untuk mencapai ma’rifat. Semoga makalah ini dapat bermanfaat

TAFSIR AYAT TENTANG KEBUTUHAN DAN KEINGINAN

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Al-Quran merupakan mukjizat yang sampai saat ini masih bisa kita pegang dan jumpai. Tak hanya mampu menjadi sumber hukum utama bagi umat Islam. Al-Quran juga mengandung beragam pengetahuan yang mampu mengikuti perkembangan zaman, tak terkecuali dalam hal ekonomi. Begitu banyak ayat al-Quran yang menerangkan mengenai kegiatan-kegiatan ekonomi guna memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia. Terdapat beberapa ayat al-Quran yang menjelaskan hal tersebut. Di antara ayat tersebut terdapat dalam surat al-Mu’min ayat 80, al-Baqarah ayat 216, dan an-Nisa’ ayat 27 yang perlu dikaji lebih dalam demi terpenuhinya kebutuhan dan keinginan yang sesuai prinsip Islam. B.      Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, penyusun merumuskan masalah-masalah yang akan dikaji dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 1.       Bagaimana tafsir, kajian ekonomi, serta cotoh nyata dalam surat al-Mu’min ayat 80? 2.       Bagaimana tafsir, kajian eko