Skip to main content

The Mousedeer And Crocodile

             Once upon time there were a smart mousedeer. He lived near a river. The mousedeer used to go the river drink. One day, the mousedeer was thirsty. He wanted to drink in the river but he knew that crocodiles were staying and waiting underwater to eat him. He throught hard and got bright idea. He said out loudly. “ I will put in my leg and find out whether the water is warm or not “ Of course the mousedeer did not do what he said. He did not put his leg but the mousedeer took a wood stick and put one end into the water. Blurr...! Surely a crocodile grabbed tghe wood stick and pulled it underwater. Seeing that, the mousedeer laughed and said “ Stupid crocodile ! Can’t you see the difference between a wood stick and leg? “ Then the mousedeer ran to another side of the river and drink some water.
On the following day, the mousedeer was hungry. He wanted to eat some grass on the side of the river so he had to to cross the dangeous river which was full of crocodiles. Again he thought hard and found another smart idea and said loudly  “ Crocodiles come up ! “ then some crocodiles rose from the water. They looked happy and saw their sharp teeth and said “ Hello, Mousedeer. Do you come to be my lunch? We are hungry “ The mousedeer jush smiled and replied. “ Sorry, Crocodiles, not today, I come to you to bring an invitation from the king. You are invited to the party. The king ordered me to count all crocodiles in this river so he knew how to prepare enough meal for you.“ All the crocodiles felt happy and said “ Really...? Tell us what to do,” said a crocodile. “ You have to line up from this side of the river to the other side, “ said the mousedeer. He ordered to lined up across the river.
The mouse deer then jumped on the Crocodile’s back. “ One, “ the mousedeer counted. He jumped onto the next crocodile, “ Two “ and he jumped again on the next crocodile, “ Three “ he kept jumping until he arrived on the other side of the river. “ Jush enough, “ said the mouseedeer. “ I have counted all of you “ He laught and ran to the field of grass.

         
 Terjemah :
          Suatu waktu ada seekor kancil yang pintar. Dia tinggal di dekat sungai. Kancil itu sering pergi ke sungai untuk minum. Suatu hari, kancil merasa haus. Dia ingin minum di sungai, tapi ia tahu bahwa ada buaya yang tinggal dan menunggu di bawah air yang bisa memakan dia. Dia berpikir keras dan mendapat ide cemerlang. Dia berkata dengan nyaring. “ Saya akan memasukkan kaki saya supaya tahu apakah airnya hangat atau tidak “ Tentu saja kancil tidak melakukan apa yang dia katakan. Dia tidak memasukkan kakinya ke dalam air sungai itu sebagai gantinya dia mengambil sebatang tongkat kayu dan memasukkan satu ujung ke dalam air. Blurr...! Tentu saja buaya itu meraih tongkat kayu dan menariknya ke bawah air. Melihat itu, kancil tertawa dan berkata “ Buaya bodoh ! Apakah kamu tidak bisa membedakan antara tongkat kayu dan kaki? “ Kemudian kancil berlari ke sisi lain dari sungai dan minum air.
          Pada hari berikutnya, Kancil merasa lapar. Dia ingin makan beberapa rumput di sisi sungai sehingga dia harus menyebrangi sungai yang berbahaya yang penuh dengan buaya itu. Sekali lagi ia berpikir keras “ Buaya datanglah ! “ Kemudian beberapa buaya muncul ke permukaan air. Mereka tampak bahagia dan memperlihatrkan gigi tajam sambil berkata “ Halo, Kancil. Apakah kamu datang untuk menjadi menu makan siang kami? Kami sudah lapar “ Kancil hanya bisa tersenyum dan menjawab, “ Maaf, Buaya, tidak hari ini, saya datang kepada kalian untuk membawa undangan dari raja. Kalian diundang ke pesta. Raja memerintahkan saya untuk menghitung semua buaya di sungai ini sehingga beliau tahu bagaimana mempersiapkan makanan bagi kalian nanti. “ semua buaya merasa bahagia dan mengatakan “ Benar, benarkah? Beritahu kami apa yang harus kami lakukan “ kata buaya. “ kalian harus berbaris dari sisi sungai ini sampai ke sisi lainnya “ kata kancil. Tak lama setelah itu buaya memanggil semua teman-teman dan keluarganya. Dia memerintahkan untuk berbaris berjejer dari satu sisi sungai sampai sisi lannya.
          Kancil itu kemudian melompat di punggung buaya. “Satu,” kancil menghitung. Dia melompat ke buaya berikutnya. “Dua“ dan ia melompat lagi pada buaya berikutnya, “Tiga” dia terus melompat sampai tiba di sisi lain sungai.“ Cukup sudah,“ kata kancil. “ Saya telah menghitung kalian semua “ dia tertawa dan berlari ke lapangan yang penuh dengan rumput.

Comments

Popular posts from this blog

Cabang Kaidah Masyaqqah Tajlibu Al-taisir

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Syariat Islam tidak mentaklifkan kepada manusia sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh mereka dan sesuatu yang boleh menjatuhkan mereka ke dalam kesusahan atau dengan sesuatu yang tidak bertepatan dan serasi dengan naluri serta tabiat mereka. Masyaqqah atau kesukaran yang akan menjadi sebab kepada keringanan dan dipermudahkan berdasarkan kaedah ini ( masyaqqah tajlibu al-taisir ) ialah masyaqqah yang melampaui hal biasa dan tidak mampu ditanggung oleh manusia pada kebiasaannya, bahkan bisa memudaratkan diri seseorang dan menghalanginya dari melakukan   amal yang berguna. Kesukaran dan kesulitan yang menjadi problematika dan dilema yang terjadi pada mukallaf menuntut adanya penetapan hukum untuk mencapai kemaslahatan dan kepastian hukum guna menjawab permasalahan yang terjadi.  Sebelum adanya makalah ini, terdapat penjelasan tentang qaidah pokok dari masyaqqah tajlibu al-taisir, dan ini adalah tahap yang selanjutnya yaitu membaha

Tahapan – tahapan Dalam Tasawuf Untuk Mencapai Ma’rifat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melihat sejarah kehidupan dan perjuangan al-Gazali (450-505 H./1058-1111 M.) yang panjang dan melelahkan untuk mencari pengetahuan yang benar (al-makrifat) yang mampu meyakinkan dan memuaskan batinnya, akhirnya, ia temukan pengetahuan yang benar setelah ia mendalami dan mengamalkan ajaran kaum sufi. Dalam kajian ilmu tasawuf “Ma’rifat” adalah mengetahui Tuhan dari dekat, sedekat-dekatnya sehingga hati sanubari dapat melihat Tuhan”. Menurut shufi jalan untuk memperoleh ma’rifah ialah dengan membersihkan jiwanya serta menempuh pendidikan shufi yang mereka namakan maqamat, seperti hidup, taubat, zuhud, wara’, ikhlas, sabar, syukur, qona’ah, tawakal, ridlo, mahabbah,  barulah tercapai ma’rifat. Dengan kata lain ma’rifat  merupakan maqomat tertinggi dimana puncak seorang hamba bersatu dengan sang Khaliq.    Dalam makalah ini kita akan membahas tentang Ma’rifah dan Tahapan-tahapan untuk mencapai ma’rifat. Semoga makalah ini dapat bermanfaat

TAFSIR AYAT TENTANG KEBUTUHAN DAN KEINGINAN

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Al-Quran merupakan mukjizat yang sampai saat ini masih bisa kita pegang dan jumpai. Tak hanya mampu menjadi sumber hukum utama bagi umat Islam. Al-Quran juga mengandung beragam pengetahuan yang mampu mengikuti perkembangan zaman, tak terkecuali dalam hal ekonomi. Begitu banyak ayat al-Quran yang menerangkan mengenai kegiatan-kegiatan ekonomi guna memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia. Terdapat beberapa ayat al-Quran yang menjelaskan hal tersebut. Di antara ayat tersebut terdapat dalam surat al-Mu’min ayat 80, al-Baqarah ayat 216, dan an-Nisa’ ayat 27 yang perlu dikaji lebih dalam demi terpenuhinya kebutuhan dan keinginan yang sesuai prinsip Islam. B.      Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, penyusun merumuskan masalah-masalah yang akan dikaji dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 1.       Bagaimana tafsir, kajian ekonomi, serta cotoh nyata dalam surat al-Mu’min ayat 80? 2.       Bagaimana tafsir, kajian eko