Skip to main content

Bab Pergaulan

Pendahuluan

Latar Belakang
Mengenai pergaulan kita tidak lepas dari aklak dan perilaku Rasul allah, dengan meniru Rasul allah sebagai teladan kita umat islam dan semoga kita bisa menjadi umat Nabi Muhammad SAW dan sekaligus menjadi hamba Allah yang mulia.
Pergaulan adalah satu cara seseorang untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Bergaul dengan orang lain menjadi satu kebutuhan yang sangat mendasar, bahkan bisa dikatakan wajib bagi setiap manusia yang “masih hidup” di dunia ini. Sungguh menjadi sesuatu yang aneh atau bahkan sangat langka, jika ada orang yang mampu hidup sendiri. Karena memang begitulah fitrah manusia.
Sebagaimana bergaul tentu kita akan bergaul dengan orang yang baik, dan juga tidak menjerumus ke jalan yang salah. Maka dengan mempelajari Hadis menjadi suatu usaha kita dalam mengidentifikasi segala tindakan kita yang menjerumus kejalan yang tidak disukai Allah SWT.
            Maka dengan memperhatikan dan memperlajari Makalah Hadist tentang Pergaulan yang saya buat semoga bisa menambah wawasan para pembaca dan semoga menjadi suatu hal yang baik kedepannya. Bagi Makalah saya sesudahnya.

Rumusan masalah
1.      Hadis Pergaulan dan Pengertian hadist

Tujuan
1.      Mahasiswa mengetahui tentang Hadis Pergaulan dan Pengertian hadistnya

PEMBAHASAN

BAB: Haramnya Bersendirian dengan lawan jenis dan menemuinya

عَنْ جَابِرٍقَالَ:قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ:اَلاَ لاَيَبِيْتَنَّ رَجُلٌ عِنْدَامْرَأَةٍ ثَايْبٍ إِلاَاَنْيَكُوْنَ نَكِحًا اَوْذَامَحْرَمٍ.   [1]
Bersumber dari Jabir, beliau berkata: Rasulillah saw. Bersabda: “Ingatlah, seorang lelaki tidak boleh menginap dirumah seorang wanita janda, kecuali dia adalah suaminya atau mahramnya.”
Sanad: Shahih Muslim
Biografi:
Al-Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi atau sering dikenal sebagai Imam Muslim (821-875) dilahirkan pada tahun 204 Hijriah dan meninggal dunia pada sore hari Ahad bulan Rajab tahun 261 Hijriah dan dikuburkan di Naisaburi.
Dia juga sudah belajar hadis sejak kecil seperti Imam Bukhari dan pernah mendengar dari guru-guru Al Bukhari dan ulama lain selain mereka. Orang yang menerima hadis dari dia ini, termasuk tokoh-tokoh ulama pada masanya. Ia juga telah menyusun beberapa tulisan yang bermutu dan bermanfaat. Yang paling bermanfaat adalah kitab Shahihnya yang dikenal dengan Shahih Muslim. Kitab ini disusun lebih sistematis dari Shahih Bukhari. Kedua kitab hadis shahih ini; Shahih Bukhari dan Shahih Muslim biasa disebut dengan Ash Shahihain. Kadua tokoh hadis ini biasa disebut Asy Syaikhani atau Asy Syaikhaini, yang berarti dua orang tua yang maksudnya dua tokoh ulama ahli hadis. Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin terdapat istilah akhraja hu yang berarti mereka berdua meriwayatkannya.
Ia belajar hadis sejak masih dalam usia dini, yaitu mulai tahun 218   H. Ia pergi ke Hijaz, Irak, Syam, Mesir dan negara-negara lainnya.

Rowi: Jabir bin Abdullah
Biografi: Jabir bin Abdullah lahir di kota Yatsrib (sekarang bernama Madinah) 15 tahun sebelum Nabi Muhammad Hijriah. Dia berasal dari keluarga yang miskin. Dia berasal dari suku Khazraj. Ibunya bernama Nasiba binti Uqba bin Uddi. Ayahnya pernah menikah dengan sepupunya
Jabir bin Abdullah dikatakan telah memeluk Islam ketika ia masih kecil. Kiprahnya dalam perang Badar masih dipertanyakan oleh sebagian sejarahwan; tercatat dia turut andil dalam 19 pertempuran (termasuk perang Badar), dia juga hadir pada saat penaklukan kota Mekah
Pengertian hadist
Larangan tersebut, antara lain dimaksudkan sebagai batasan dalam pergaulan antara lawan jenis demi menghindari fitnah. Dalam kenyataannya, di negara-negara yang menganut pergaulan bebas, norma-norma hukum dan kesopanan merupakan salah satu pembeda antara manusia dengan binatang seakan-akan hilang. Hal ini karena kesenangan dan kebebasan dijadikan sebagai rujukan utama. Akibatnya, perzinahan sudah bukan hal yang aneh, tetapi sudah biasa terjadi, bahkan di tempat-tempat umum sekalipun.
Hadis lain diterangkan juga,
Bersumber dari Uqbah bin amir, bahwa Rasul alllah saw. Bersabda ”hindarkanlah diri kalian dari masuk menemui wanita.” sesungguhnya orang sahabat Anshar bertanya: ” Ya Rasulallah, bagaimana kalau ipar?”
Rasulallah saw. Bersabda :”ipar itu maut (lebih mengkhawatirkan)”[2]
Karena ipar itu bisa diibaratkan orang yang terdekat, sehingga orang beranggapan tidak apa” tetapi ketika setan itu datang ini menjadi permasalahan serius dan mendekatkan diri pada zina

BAB: Haram dua orang berbisik-bisik tapa menyertakan orang ketiga, dengan tidak mendapatkan ridhanya
عَنِ ابْنِ عُمَرَ:أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ قَالَ:إِذَاكَانَ ثَلاَ ثَهً،فَلاَ يَتَنَا جَى اثْنَانِ دُوْنَ وَاحِدٍ[3]
 Bersumber dari ibnu Umar, bahwa Rasulallah saw, beliau bersabda: “Apabila terdapat tiga orang, maka janganlah dua orang (di antara mereka) berbisik tapa menyertakan yang seorang.”
Sanad: Sahih Muslim
Perowi: Ibnu Umar
Biografi : Abdullah bin Umar bin Khattab atau sering disebut Abdullah bin Umar atau Ibnu Umar saja (lahir 612 - wafat 693/696 atau 72/73 H) adalah seorang sahabat Nabi dan merupakan periwayat hadits yang terkenal. Ia adalah anak dari Umar bin Khattab, salah seorang sahabat utama Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin yang kedua.[4]
Pengertian Hadist
Di antara adab Islam dalam pergaulan dan mengobrol adalah saat bertiga, tidak boleh dua orang berbisik-bisik sendiri tanpa melibatkan yang satu. Karena hal tersebut akan membuat saudaranya yang satu tadi bersedih, merasa hina, sakit hati, atau berperasangkan buruk kepada keduanya. Akibatnya, ini akan bisa merusak ukhuwah islamiyah (persaudaraan se-Islam).
Dorongan berbisik-bisik berdua tanpa melibatkan yang satu merupakan bagian dari bisikan dan godaan syetan. Yakni saat berkumpul tiga orang muslim maka syetan membisiki satu orang untuk ngobrol lirih dengan yang satunya lagi. Keduanya berbisik-bisik tanpa melibatkan yang satunya. Tujuan syetan melakukan itu adalah untuk membuat seorang muslim tadi bersedih sehingga muncul perasangkan, “kedua temanku ini sedang merencakan keburukan terhadapku,” atau semisalnya.[5]
Orang pintar mengatakan bahwa kita membicarakan orang itu sudah disebut disebut rasan-rasan tergantung yang muncul itu baik atau buruk ketika buruk yang menjadikan itu Suudzon.

BAB: Keutamaan Menyambung Hubungan dengan kawan-kawan atau ibu dan yang lainya.
عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ عُمَرَ:اَنّ َالنَّبِى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ قَالَ:اَبَرُّالْبِرِّ اَنْ يَصِلَ اَلرَّجُلُ وُدَّاَبِيهِ[6]
            Bersumber dari Abdullah bin Umar ; sesungguhnya nabi saw bersabda,” kebajikan yang paling baik ialah kalau menyambung hubungan dengan kawan baik ayahnya.”
Sanad: Sahih Muslim
Perowi: Abdullah bin Umar
Biografi: Abdullah bin Umar bin Khattab atau sering disebut Abdullah bin Umar atau Ibnu Umar saja (lahir 612 - wafat 693/696 atau 72/73 H) adalah seorang sahabat Nabi dan merupakan periwayat hadits yang terkenal. Ia adalah anak dari Umar bin Khattab, salah seorang sahabat utama Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin yang kedua.
Ibnu Umar masuk Islam bersama ayahnya saat ia masih kecil, dan ikut hijrah ke Madinah bersama ayahnya. Pada usia 13 tahun ia ingin menyertai ayahnya dalam Perang Badar, namun Rasulullah menolaknya. Perang pertama yang diikutinya adalah Perang Khandaq. Ia ikut berperang bersama Ja'far bin Abu Thalib dalam Perang Mu'tah, dan turut pula dalam pembebasan kota Makkah (Fathu Makkah). Setelah Nabi Muhammad meninggal, ia ikut dalam Perang Yarmuk dan dalam penaklukan Mesir serta daerah lainnya di Afrika
Pengertian Hadis
hadis ini menerangkan untuk bersilaturahim kepada sahabat ayah kita karena ini termasuk Birrul Walidain
dalam pengertian lain iyalah menjaga nama baik ayah dan keluarganya karena ibarat sebuah pandangan orang, anak yang paling berpengaruh pada keluarga, kalaulah misalkan anak berbuat kesalahan pasti orang tua yang kena, bersilaturahim menjadi penting saat seperti ini,

BAB: Haram hukumnya saling dengki, saling benci dan saling sinis
عَنْ اَنَسٍ: اَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ قَالَ:لاَتَحَاسَدُوْاوَلاَتَبَاغَضُوْاوَلاَتَقَاطَعُوْا وَكُوْنُوْعِبَادَاللهِِ اِخْوَانًا[7]
Bersumber dari Anas; sesungguhnya nabi saw. Pernah bersabda. “Janganlah kamu saling dengki, saling benci, dan saling sinis. Jadilah kamu sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara.”
Sanad: Imam Muslim
Perowi : Annas bin Malik
Biografi : Anas bin Malik berasal dari Bani an-Najjar dan merupakan anak dari Ummu Sulaim. Sejak kecil Dia melayani keperluan Nabi Muhammad SAW, sehingga selalu bersama Rasulullah. Dengan selalu bersama Rasulullah, Dia menghafal banyak hadist.
Setelah wafatnya Nabi Muhammad, Anas bin Malik pergi dan menetap di Damaskus dan kemudian ke Basrah. Ia mengikuti sejumlah pertempuran dalam membela Islam. Ia dikenal sebagai sahabat Nabi Muhammad SAW yang berumur paling panjang.
Anas bin Malik adalah sahabat yang terakhir meninggal di basrah dan sahabat yang terakhir meninggal adalah Amir At'tufairi.Anas bin Malik berkhidmat dengan nabi semasa dia masih kecil,dia berkhidmat dengan nabi selama 10 tahun.Nabi juga selalu mendampingi Anas bin Malik untuk memberi tunuj ajar pada Anas,ketika hendak memulakan makan,nabi perintahkan anas supaya membaca doa dan ambil makanan yang berada di hadapan dahulu.Begitu sikap nabi mengajar Anas bin Malik.Hebatnya para sahabt dahulu kala

Pengertian Hadis
Terdapat dua perintah kalau kita perhatikan yaitu yang pertama kita jangan mempunyai sifat dengki, benci, dan saling sinis, yang kedua tentang perintah untuk bersaudara sesama muslim.
Dengki (hasad), kata Imam Al-Ghazali, adalah membenci kenikmatan yang diberikan Allah kepada orang lain dan ingin agar orang tersebut kehilangan kenikmatan itu. Dengki dapat merayapi hati orang yang sakit, karena orang dengki itu merasa lebih hebat, tidak ingin kalah, ingin dianggap  ataupun membesar-besarkan diri. Tidak mungkin seseorang merasa iri kepada orang yang dianggapnya lebih “kecil” atau lebih lemah. Sebuah pepatah Arab mengatakan, “Kullu dzi ni’matin mahsuudun.” (Setiap yang mendapat kenikmatan pasti didengki).[8]
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda, “Janganlah kalian saling mendengki, saling menfitnah (untuk suatu persaingan yang tidak sehat), saling membenci, saling memusuhi dan jangan pula saling menelikung transaksi orang lain. Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara muslimnya yang lain, ia tidak menzaliminya, tidak mempermalukannya, tidak mendustakannya dan tidak pula melecehkannya. Takwa tempatnya adalah di sini, seraya Nabi shallallahu alaihi wassalam menunjuk ke dadanya tiga kali. Telah pantas seseorang disebut melakukan kejahatan, karena ia melecehkan saudara muslimnya. Setiap muslim atas sesama muslim yang lain adalah haram darahnya, hartanya dan kehormatannya. ” Hr Muslim dan Abu Hurairah
BAB : Sikap saling Kasih , saling sayang dan saling membantu orang-orang yang beriman
عَنْ اَبِى مُوْسَى.قَالَ:قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: اَلْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ.يَشُدُّبَعْضُهُ بَعْضًا[9]
Bersumber dari Abu Musa, dia berkata: “Rasulallah saw bersabda:”seorang mukmin terhadap mukmin lainya adalah seperti sebuah bangunan dimana sebagian menguatkan yang lainya.”
Sanad : Imam Muslim
Perowi : Abu Musa
Biografi: 'Abu Musa al-Asy'ari yang bernama asli Abdullah bin Qais bin Sulaim al-Asy'ari, adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad. Abu Musa al-Asy'ari berasal Yaman, dan masuk Islam di Mekkah sebelum terjadinya Hijrah. Ia dan dua saudara tuanya Abu Burdah dan Abu Ruhm, beserta 50 orang kaumnya meninggalkan Yaman dan ikut berhijrah ke Habasyah dengan menaiki dua kapal. Abu Musa dan kaum pengikutnya kemudian berhijrah ke Madinah dan menemui Nabi Muhammad setelah Pertempuran Khaibar pada tahun 628.
Setelah terlibat dalam Fathu Makkah pada tahun 629, Abu Musa menjadi salah seorang pemimpin pasukan muslim dalam Pertempuran Authas pada tahun 630. Dua tahun kemudian, Nabi Muhammad mengutus Abu Musa dan Mu'adz bin Jabal ke Yaman untuk menjadi pemimpin umat dan menyebarkan ajaran Islam di sana. Hadits terkenal yang diriwayatkan oleh Abu Burdah, dari ayahnya, dari kakeknya, menyebutkan bahwa Nabi Muhammad berpesan kepada mereka sebelum mereka berangkat: "Hendaklah kalian mudahkan dan jangan persulit, beri kabar gembira dan jangan membuat orang lari, saling patuhlah kalian berdua dan jangan saling bersengketa"
Pengertian Hadis
Hadis ini menjelasakan bahwa umat muslim dengan muslim lainya itu saling menguatkan dan sebagai umat muslim kita wajib tolong menolong, dalam urusan kebaikan.
Seperti hadis
للناس أنفعهم الناس خير
“Sebaik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain”
Hadis ini menjelaskan tentang saling tolong menolong antara manusia, berarti semua golongan masalah kebajikan , apalagi kita yng sesama islam wajib hukumnya tolong menolong.
Ibarat bangunan ketika kokoh akan menjadi sangat kokoh jika bolong akoan hancur seperti bangunan yang roboh

PENUTUP
KESIMPULAN
Dari ini semua dapat disimpulkan
1.      Kita dianjurkan tidak berbuat zina dan mendekati zina ,
2.      Kita dianjurkan tidak menjaga persaan teman , dan membuat orang menjadi berprasngka tidak baik kepada kita
3.      Kita di anjurkan untuk menjaga hubungan baik kepada kawan ayah atau ibu atau yang lain dan menjaga nama baik keluarga dengan hubungan itu
4.      Kita dianjurkan untuk mempunyai sifat baik dan tidak dianjurkan mempunyai sifat jelek , dan sesama muslim ditekankan bahwa kita sebagai muslim bersaudara
5.      Kita dianjurkan untuk saling tolong menolong dan tidak saling bermusuan dan saling menguatkan satu sma lain sebagai umat muslim.
DAFTAR PUSAKA
Mustofa,Adib Bisri,Terjamah Shahih Muslim,(Semarang Cv Asy-Syifa)
 Tsaqofah, Saat Bertiga, Dua Orang Jangan Berbisik-bisik Sendiri Tanpa yang Satu,(http://www.voa-islam.com/read/tsaqofah 2013)
Artikel Islam, Pandangan Islam mengenai penyakit dengki,




[1] Mustofa,Adib Bisri,Terjamah Shahih Muslim,(Semarang Cv Asy-Syifa) Hal 13
[2] Ibid 14
[3] Terjamah Shahih Muslim, Hal 26
[4]Wikipedia, Biografi,(https://id.wikipedia.org/wiki/Abdullah_bin_Umar) diambil pada tanggal 7 desember 2016
[5] Tsaqofah, Saat Bertiga, Dua Orang Jangan Berbisik-bisik Sendiri Tanpa yang Satu,(http://www.voa-islam.com/read/tsaqofah 2013) diambil tanggal 7 desember 2016
[6] Terjemah Shahih Muslim, Hlm 480
[7] Terjamah Shahih Muslim, Hlm 487
[8]Artikel Islam, Pandangan Islam mengenai penyakit dengki,
[9] Terjamah Shahih Muslim, Hlm 513

Comments

Popular posts from this blog

Cabang Kaidah Masyaqqah Tajlibu Al-taisir

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Syariat Islam tidak mentaklifkan kepada manusia sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh mereka dan sesuatu yang boleh menjatuhkan mereka ke dalam kesusahan atau dengan sesuatu yang tidak bertepatan dan serasi dengan naluri serta tabiat mereka. Masyaqqah atau kesukaran yang akan menjadi sebab kepada keringanan dan dipermudahkan berdasarkan kaedah ini ( masyaqqah tajlibu al-taisir ) ialah masyaqqah yang melampaui hal biasa dan tidak mampu ditanggung oleh manusia pada kebiasaannya, bahkan bisa memudaratkan diri seseorang dan menghalanginya dari melakukan   amal yang berguna. Kesukaran dan kesulitan yang menjadi problematika dan dilema yang terjadi pada mukallaf menuntut adanya penetapan hukum untuk mencapai kemaslahatan dan kepastian hukum guna menjawab permasalahan yang terjadi.  Sebelum adanya makalah ini, terdapat penjelasan tentang qaidah pokok dari masyaqqah tajlibu al-taisir, dan ini adalah tahap yang selanjutnya yaitu membaha

Tahapan – tahapan Dalam Tasawuf Untuk Mencapai Ma’rifat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melihat sejarah kehidupan dan perjuangan al-Gazali (450-505 H./1058-1111 M.) yang panjang dan melelahkan untuk mencari pengetahuan yang benar (al-makrifat) yang mampu meyakinkan dan memuaskan batinnya, akhirnya, ia temukan pengetahuan yang benar setelah ia mendalami dan mengamalkan ajaran kaum sufi. Dalam kajian ilmu tasawuf “Ma’rifat” adalah mengetahui Tuhan dari dekat, sedekat-dekatnya sehingga hati sanubari dapat melihat Tuhan”. Menurut shufi jalan untuk memperoleh ma’rifah ialah dengan membersihkan jiwanya serta menempuh pendidikan shufi yang mereka namakan maqamat, seperti hidup, taubat, zuhud, wara’, ikhlas, sabar, syukur, qona’ah, tawakal, ridlo, mahabbah,  barulah tercapai ma’rifat. Dengan kata lain ma’rifat  merupakan maqomat tertinggi dimana puncak seorang hamba bersatu dengan sang Khaliq.    Dalam makalah ini kita akan membahas tentang Ma’rifah dan Tahapan-tahapan untuk mencapai ma’rifat. Semoga makalah ini dapat bermanfaat

TAFSIR AYAT TENTANG KEBUTUHAN DAN KEINGINAN

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Al-Quran merupakan mukjizat yang sampai saat ini masih bisa kita pegang dan jumpai. Tak hanya mampu menjadi sumber hukum utama bagi umat Islam. Al-Quran juga mengandung beragam pengetahuan yang mampu mengikuti perkembangan zaman, tak terkecuali dalam hal ekonomi. Begitu banyak ayat al-Quran yang menerangkan mengenai kegiatan-kegiatan ekonomi guna memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia. Terdapat beberapa ayat al-Quran yang menjelaskan hal tersebut. Di antara ayat tersebut terdapat dalam surat al-Mu’min ayat 80, al-Baqarah ayat 216, dan an-Nisa’ ayat 27 yang perlu dikaji lebih dalam demi terpenuhinya kebutuhan dan keinginan yang sesuai prinsip Islam. B.      Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, penyusun merumuskan masalah-masalah yang akan dikaji dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 1.       Bagaimana tafsir, kajian ekonomi, serta cotoh nyata dalam surat al-Mu’min ayat 80? 2.       Bagaimana tafsir, kajian eko