BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Jawa Tengah
merupakan suatu daerah yang berada di pulau Jawa, dimana di dalam Jawa Tengah
tersebut ada kota yang bernama Yogyakarta. Yogyakarta adalah kota yang terkenal
dengan pariwisata dan makanan khasnya. Banyak turis yang mengunjungi kota
tersebut karena disana banyak tempat pariwisatanya. Selain itu, disana juga
banyak makanan khas yang menarik untuk dicicipi. Kota Yogyakarta juga terkenal
dengan budaya tradisional sehingga turis ingin mengunjungi kota tersebut.
Sekolah kami
mengadakan SKAL ke Yogyakarta dengan tujuan Borobudur, Museum Ullen Sentalu,
Museum Gunung Merapi, dan Malioboro. Tempat-tempat tersebut mempunyai daya
tarik tersendiri untuk dikunjungi. Sebab tempat tersebut selain digunakan untuk
rekreasi juga menyimpan sebuah pengetahuan yang dapat kita pelajari sebagai
sumber informasi. Disana juga banyak turis yang dapat kita ajak berkomunikasi
yang dapat melatih kita berbahasa asing meskipun tidak selancar turis tersebut.
Untuk itu, kami mengunjungi tempat-tempat tersebut karena selain kita
berekreasi, kita juga belajar mengenali budaya Indonesia. Jadi, selain kita
refresing kita juga mendapat pengetahuan baru.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana seluk beluk dari Candi Borobudur?
2. Bagaimana seluk beluk dari Museum Ullen Sentalu?
3. Bagaimana seluk beluk dari Museum Gunung Merapi?
4. Apa keunikan dari Malioboro?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui seluk beluk dari Candi Borobudur.
2. Untuk mengetahui seluk beluk dari Museum Ullen Sentalu.
3. Untuk mengetahui seluk beluk dari Museum Gunung Merapi.
4. Untuk mengetahui keunikan Malioboro.
D. MANFAAT
1. Untuk menambah wawasan tentang kota Yogyakarta yang terkenal dengan kota
sejuta budaya.
2. Untuk menambah pengetahuan mengenai peninggalan-peninggalan sejarah.
3. Untuk menambah wawasan mengenai tradisi dan budaya Jawa agar tidak punah
dan diklaim oleh negara lain karena kita sebagai generasi penerus bangsa harus
mengetahui tradisi dan budaya Indonesia terutama di Jawa.
4. Untuk menambah pengetahuan mengenai proses terjadinya letusan gunung
berapi, tsunami, dan lain-lain.
BAB II
PEMBAHASAN
1. SELUK BELUK CANDI BOROBUDUR
A. Lokasi Candi Borobudur
Candi borobudur terletak di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur,
Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Candi Borobudur dikelilingi oleh Gunung Merapi
dan Merbabu di sebelah Timur, Gunung Sindoro dan Sumbing di sebelah Utara, dan
pegunungan Menoreh di sebelah Selatan, serta terletak di antara Sungai Progo
dan Elo. Suasana ketika di puncak candi sangatlah sejuk dan udaranya pun masih
segar, pemandangannya pun masih hijau. Saya sangat menikmatinya dan kita
sebagai warga Indonesia seharusnya bangga dengan keberadaan candi borobudur
karena candi borobudur merupakan salah satu keajaiban dunia.
B. Sejarah
Singkat Candi Borobudur
Candi Borobudur dibangun pada masa abad
8 dan 9 sekitar
tahun 800 Masehi yakni pada masa kejayaan pemerintahan Wangsa Syailendra.
Pendirinya adalah Raja yang berasal dari wangsa syailendra yakni Raja
Samaratungga, dimulai sekitar tahun 824 Masehi dan berakhir sampai pada awal
tahun 900 yakni pemerintahan sudah berganti dari Raja Samaratungga menjadi Ratu
Pramudawardhani yang tidak lain adalah putri dari Raja Samaratungga
sendiri. Candi Borobudur terdiri dari enam teras berbentuk bujur sangkar
diatasnya terdapat 3 pelataran melingkar, Dinding dihiasi dengan relief
sebanyak 2672 panel dan sebanyak 502 Arca Budha. Stupa utama terletak di tengah
tengah dan merupakan yang terbesar, dikelilingi 72 stupa berlubang yang
didalamnya ada arca Budha yang tengah duduk bersila. Candi ini terbagi menjadi
3 tingkat menurut kosmologi Budha yakni:
1. Kamadhatu (ranah hawa
nafsu), yaitu dunia yang masih
dikuasai oleh hawa nafsu, Bagian ini diduga dibuat untuk memperkuat konstruksi
candi. Disini terdapat 160 relief cerita Karmawibhangga namun saat ini
tersembunyi karena tertutup struktur.
2. Rupadhatu (ranah
berwujud), yaitu dunia yang sudah
dapat membebaskan diri dari nafsu. Bagian ini terdiri dari empat lorong dengan
1300 gambar relief dengan panjang seluruhnya 2,5 km.
3. Arupadhatu (ranah tak
berwujud), yaitu dimana manusia
sudah terbebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun belum
mencapai nirwana. Tingakatan tertinggi ini dilambangkan dengan stupa yang
terbesar dan tertinggi, stupa polos tanpa lubang-lubang. Di dalam stupa
terbesar ini pernah ditemukan arca Budha belum selesai. Menurut kepercayaan
patung yang salah dalam pembuatannya tidak boleh dirusak.
C. Arti Atau Makna Candi Borobudur
Arti atau makna Candi Borobudur secara
filosofis adalah merupakan lambang dari alam semesta atau dunia cosmos. Menurut
ajaran Budha, alam semesta dibagi menjadi tiga Unsur atau dhatu dalam bahasa
Sansekerta.
Ketiga Susunan itu, meliputi:
a.
Unsur nafsu, hasrat atau Kamadhatu.
b.
Unsur wujud, rupa, bentuk atau Rupadhatu.
c.
Unsur tak berwujud, tanpa rupa, tak terbentuk atau Arupadhatu.
D. Fungsi Atau
Manfaat Candi Borobudur
Fungsi Candi Borobudur hampir sama dengan
fungsi candi pada umumnya,yaitu:
a.
Tempat menyimpan relic atau disebut Dhatugarba. Relik tersebut antara lain
benda suci, pakaian, tulang atau abu dari Budha, arwah para biksu yang tersohor
atau terkemuka.
b.
Tempat sembahyang atau beribadah bagi umat Budha.
c.
Merupakan lambang suci bagi umat Budha, cermin nilai-nilai tertinggi agama
Budha dan mengandung rasa rendah hati yang disadari penciptanya
sedalam-dalamnya.
d.
Tanda peringatan dan penghormatan sang Budha.
E. Langkah-Langkah Melestarikan Candi Borobudur
Berikut adalah
langkah-langkah yang bisa kita lakukan untuk melestarian candi borobudur :
1.
Mematuhi semua peraturan
yang berlaku di candi borobudur.
2.
Memperlakukan
fasilitas dan nilai budaya serta kebajikan yang termuat dalam Candi Borobudur
dengan pantas.
3.
Belajar
memahami makna budaya serta kebajikan universal yang termuat di dalamnya.
Dengan cara ini, kita mulai melestarikan situs ini secara non-fisik.
4.
Aktif memberi
masukan tentang perbaikan situs budaya.
5.
Mempromosikan
kebudayaan dan makna situs baik melalui jalur formal dan non-formal, media
populer maupun pribadi kepada sanak keluarga, teman, rekan kerja, baik di dalam
dan luar negeri.
6.
Bergabung dalam
pergerakan atau komunitas peduli budaya.
2. SELUK BELUK MUSEUM ULLEN SENTALU
A. Lokasi dan Arti Nama dari Museum Ullen Sentalu
Museum yang berada di Yogyakarta ini menempati peringkat
pertama dari ke 10 museum yang menjadi favorit para wisatawan di Indonesia.
Lokasinya berada di daerah Pakem, jalan Boyong Kaliurang Donoharjo Ngaglik
Sleman, Yogyakarta. Nama dari Ullen Sentalu ini merupakan singkatan dari
pepatah Jawa, yaitu “ULating bLENcong SEjatiNe TAtaraning LUmaku”,
artinya “Nyala lampu blencong merupakan petunjuk manusia dalam melangkah dan
meniti kehidupan”. Blencong yaitu lampu minyak yang digunakan dalam
pertunjukkan wayang, blencong merupakan cahaya yang selalu bergerak untuk
mengarahkan dan menerangi perjalanan hidup kita.
B. Sejarah Singkat Meseum Ullen Sentalu
Museum Ullen Sentalu dibangun di lereng gunung Merapi dikarenakan filosofis
masyarakat Jawa yang berpandangan bahwa gunung memiliki nilai mistik, di Taman
Kaswargan yang letaknya tinggi (Lereng Gunung Merapi) inilah yang dipilih
sebagai tempat berdirinya Ullen Sentalu. Ullen Sentalu merupakan museum yang
menampilkan budaya dan kehidupan dari para putri Keraton Yogyakarta beserta
koleksi bermacam-macam batik, baik batik gaya Yogyakarta maupun Solo. Di museum
ini juga menampilkan tokoh para raja atau Sultan di Keraton Yogyakarta beserta
permaisurinya. Di Ullen Sentalu dapat pula kita ketahui bagaimana para leluhur
Jawa membuat batik yang mempunyai arti dan makna mendalam di setiap coraknya.
Ada pula berbagai sejarah mengenai kebudayaan Jawa Kuno dengan segala aturan
yang ada di dalamnya. Museum ini terdapat dua bangunan utama yaitu Guwa Selo
Giri dan Kampung Kambang. Guwa Selo Giri merupakan ruang bawah tanah yang
memajang karya-karya lukis dokumentasi dari para tokoh yang memiliki figur
empat Keraton Dinasti Mataram. Kampung Kambang merupakan ruangan yang berdiri
di atas kolam airdengan bangunan berupa ruang-ruang di atasnya. Di kedua
bangunan inilah tersimpan berbagai macam koleksi kebudayaan Jawa, seperti kain
batik, kebaya, naskah, lukisan dan lain sebagainya.
C. Ruangan di Museum Ullen Sentalu
Di
Museum Ullen Sentalu terdapat
banyak ruangan, yang meliputi:
- Ruang Selamat Datang, yang merupakan ruang
penyambutan tamu/pengunjung museum.
- Ruang Seni Tari dan Gamelan, yang berisi
seperangkat gamelan yang dihibahkan oleh seorang pangeran Kasultanan
Yogyakarta.
- Ruang Guwa Sela Giri, yang merupakan
ruangan yang dibangun dibawah tanah. Di ruangan ini dipamerkan karya-karya
lukis dokumentasi tokoh-tokoh dari Dinasti Mataram.
- Ruang Syair, yang menampilkan syair-syair
yang ditulis oleh para kerabat dan teman-teman GRAj Koes Sapariyam pada
tahun 1939-1947.
- Royal Room Ratu Mas, yaitu ruangan yang
dipersembahkan untk permaisuri Sunan Paku Buwana X.
- Ruang Batik Vorstendlanden, yang
menampilkan koleksi batik.
- Ruang Batik Pesisiran, yang juga berisi
koleksi kain batik.
- Ruang Putri Dambaan, yang menampilkan
koleksi foto pribadi putri tunggal Mangkunegara VII dari kecil hingga
menikah.
- Sasana Sekar Bawana, yang berisi beberapa
lukisan raja Mataram.
Selain melihat-lihat isi museum, para
pengunjung juga dapat menikmati indahnya hutan alami dan taman yang ada disana.
Dan tentunya, karena museum ini terletak di pegunungan, udara disana
segar dan cocok untuk bersantai.
D. Keunikan Museum Ullen Sentalu
Museum
Ullen Sentalu adalah museum yang unik. Museum ini tidak dioperasikan oleh
sebuah institusi, melainkan sebuah perusahaan. Museum swasta ini beoperasi
dibawah naungan Yayasan Ulating Blencong. Selain itu, museum ini juga tidak
memanfaatkan gedung yang merupakan cagar budaya. Museum ini menempati sebuah
gedung baru yang sengaja dibangun pada sebuah lahan kosong. Visi Museum Ullen
Sentalu adalah untuk berfungsi sebagai jendela peradaban seni dan budaya Jawa.
Sedangkan misi Museum Ullen Sentalu menurut situs resmi museum ini adalah untuk
mengumpulkan, mengkomunikasikan dan melestarikan warisan seni dan budaya Jawa
yang terancam pudar guna menumbuhkan kebanggaan masyarakat pada kekayaan budaya
Jawa sebagai jati diri bangsa. Museum Ullen Sentalu berbeda dari museum-museum
lain yang ada di Yogyakarta. Museum ini mengembangkan paradigma baru. Berbagai
hal yang unik diaplikasikan di museum ini untuk membuatnya menjadi museum yang
menarik, bukan museum yang membosankan. Contohnya, koleksi-koleksi museum ini
tidak diberi label. Jadi, museum ini mengandalkan tour guide untuk menjelaskan
segala sesuatu yang ada disana. Tentunya, mendengarkan penjelasan dari seorang
tour guide saat mengunjungi sebuah museum jauh lebih menarik daripada sekedar
melihat-lihat berbagai benda koleksi museum yang diberi label.
Museum rata
rata identik dengan barang barang peninggalan masa lalu. Namun tidak di sini.
Museum Ullen Sentalu juga dapat difungsikan sebagai galeri seni, dan didominasi
karya karya seni modern. Oleh karena itulah pengunjung tidak diizinkan
mendokumentasikan atau mengabadikan momen sebagian area museum, karena
karya-karya itu tidak bisa sembarangan dipublikasikan. Sebagian besar koleksi
yang berada didalam terdiri dari lukisan dan foto. Tidak ada label terpasang di
depan setiap koleksi, karena konsep museum ini lebih ditekankan dengan kisah
atau peristiwa dibalik setiap benda. Dan di situlah fungsi pemandu berperan,
menjadi penjelas kisah-kisah yang terdapat pada benda tersebut, sehingga
memudahkan pengunjung menyerap informasi. Oleh museum ini, kita seolah dibawa
kembali kemasa lampau. Jadi jika di museum biasanya kita cuma dapat informasi
seperti, ini fotonya Sultan Hamengkubuwono, di museum ini kita akan di beri
kisah tentang masa kecil Sultan, hobinya apa, kepimimpinannya. Di museum inilah
anda akan tahu bedanya batik Yogyakarta dan batik Solo, dan filosofi dari
detail-detail baju pengantin Jawa, dan diberi tahu kalau putri jaman dahulu ada
juga yang tomboi dengan gaya kelakian dan tidak mau dijodohkan, dan jika
permaisuri suka bawa kunci gembok kemana-mana, dan bahkan ada raja yang jomblo
seumur hidup karena tidak diperbolehkan menikah oleh orang tuanya.
3. SELUK BELUK MUSEUM GUNUNG MERAPI
A. Lokasi Museum Gunung Merapi
Lokasi
MGM terletak di kawasan lereng Merapi, tepatnya di Jalan Boyong, Dusun Banteng,
Desa Hargobinangun Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman. Tidak jauh dari objek
wisata alam Kaliurang dan Kali Adem. Dengan luas bangunan sekitar 4,470
yang berdiri di atas tanah seluas 3,5 hektar, museum juga dilengkapi dengan
taman, area parkir, dan plasa. Bangunan museum berbentuk limas dengan atap
tumpang dan dinding dari bebatuan. Model bangunannya hampir mirip dengan Museum
Jogja Kembali (Monjali).
B. Keunikan Museum Gunung Merapi
Terdapat banyak sekali museum yang ada di Yogyakarta,
salah satu nya Museum Gunung Merapi Yogyakarta yang terletak di daerah selatan
gunung merapi, tepatnya di daerah Pakem, Sleman, Yogyakarta. Museum ini di buat
dengan tujuan untuk pengembangan pemahaman umum tentang Gunung merapi dan juga
edukasi serta konservasi yang diperuntukan bagi pengunjung, tidak hanya
mengenai gunung merapi tetapi beberapa pemahaman bencana seperti gempa bumi,
tsunami dll. Museum ini didirikan pada tahun 2005 yang kala itu peletakan batu
pertama langsung oleh Menteri ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) Bapak
Purnomo Yusgiantoro. Dana dari pembangunan museum ini terdapat dari
penggalangan dana Pemerintah RI ESDM, Pemerintahan Pariwisata Yogyakarta, dan
pemerintah Sleman. Empat tahun kemudian museum ini remi di operasikan tepatnya
pada tanggal 1 Oktober 2009 dan di resmikan oleh Kepala Badan Energi Menteri
Sumber Daya Mineral Bapak Sukhyar, yang mewakili Menteri Energi Sumber Daya
Mineral yang berhalangan. Peresmian ini pun di hadiri oleh Wakil Pemprov DIY
dan wakil bupati Sleman.
Isi di dalam museum ini terdapat berbagai macam koleksi
barang – barang yang berhubungan dengan gunung merapi, selain itu museum ini
juga di desain sebagai tempat rekreasi yang terbuka untuk umum. Sangat
bermanfaat sekali tentunya, melakukan rekreasi yang di hadiahi pemahaman
edukasi dan pengembangan pengetahuan tentang gunung merapi. Beberapa koleksi
yang terdapat di tempat ini, diantaranya adalah : Film Show yang menceritakan
letusan gunung merapi, batuan vulkanik, peta lengkap serta jenis tekstur gunung
merapi. Ada juga peta Indonesia yang di lengkapi dengan tombol dengan varian
warna, yang mana jika salah satu tombol ditekan maka akan memunculkan informasi
dari tombol yang ditekan tersebut.
Museum Gunung Merapi juga memiliki koleksi piranti untuk
memantau aktivitas gunung merapi seperti: teleskop, piranti seismograf, alat
pencatat aktivitas gunung merapi, alat – alat pengolah data hingga piranti
jaman dahulu yang di gunakan petugas peneliti aktivitas gunung merapi,
informasi kawasan atau daerah yang rawan terkena bencana dan juga sembaran yang
detail mengenai endapan lava gunung merapi yang dilengkapi dengan material
endapan serta hasil muntahan lava, dan di museum ini terdapat koleksi benda dari
korban bungker Kaliadem pada tahun 2006 yaitu berupa sepeda motor yang terkena
semburan “wedus
gembel” kala itu. Semua benda tersebut tersusun rapi di Museum
Gunung Merapi yang memiliki lahan kurang lebih 4.470 meter persegi. Yang di
bagi didalam bangunan 2 lantai, jika dilihat dari jarak jauh bangunan ini
seperti tidak beraturan. Namun menurut warga sekitar bangunan tersebut memang
di desain yang mengambil beberapa unsur khas Yogyakarta, yaitu Candi Borobudur, Candi prambanan, Istana Ratu Boko dan
atapnya terlihat seperti menyerupai Wedus Gembel.
4. KEUNIKAN MALIOBORO
A. Lokasi Malioboro
Banyak
tempat wisata menarik yang dimiliki
Kota Sang Sultan ini, salah satunya yang sangat populer tentu saja Jalan
Malioboro. Jalan sepanjang 2,5 km yang membentang dari Tugu Yogyakarta sampai
ke Kantor Pos Yogyakarta ini tak pernah sepi wisatawan setiap harinya. Jalan
Malioboro berada dekat sekali dengan keraton dan disebut sebagai salah satu
titik garis imajiner yang menghubungkan antara Pantai Parangtritis, Keraton
Yogyakarta dan Gunung Merapi.
Siapa yang menyangka jika dahulu jalanan ini
hanyalah jalan sepi dengan banyak pohon asam di tepinya. Jalan Malioboro dahulu
hanya dilewati oleh warga yang ingin ke keraton, Benteng Vredeburg ataupun ke
Pasar Beringhardjo.
B. Sejarah Singkat Malioboro
Dalam bahasa Sansekerta, kata
“Malioboro” bermakna karangan bunga. itu mungkin ada hubungannya dengan masa
lalu ketika Keraton mengadakan acara besar maka jalan malioboro akan dipenuhi
dengan bunga. Kata malioboro juga berasal dari nama seorang kolonial Inggris
yang bernama “Marlborough” yang pernah tinggal disana pada tahun
1811-1816 M. pendirian jalan malioboro bertepatan dengan pendirian keraton
Yogyakarta (Kediaman Sultan). Perwujudan awal
yang merupakan bagian dari konsep kota di Jawa, Jalan malioboro ditata sebagai
sumbu imaginer utara-selatan yang berkorelasi dengan Keraton ke Gunung merapi
di bagian utara dan laut Selatan sebagai simbol supranatural. Di era kolonial
(1790-1945) pola perkotaan itu terganggu oleh Belanda yang membangun benteng
Vredeburg (1790) di ujung selatan jalan Malioboro. Selain membangun benteng
belanda juga membangun Dutch Club (1822), the Dutch Governor’s
Residence (1830), Java Bank dan kantor Pos untuk mempertahankan dominasi
mereka di Yogyakarta. Perkembangan pesat terjadi pada masa itu yang disebabkan
oleh perdaganagan antara orang belanda dengan orang cina. Dan juga disebabkan
adanya pembagian tanah di sub-segmen Jalan Malioboro oleh Sultan kepada
masyarakat cina dan kemudian dikenal sebagagai Distrik Cina.
Perkembangan
pada masa itu didominasi oleh Belanda dalam membangun fasilitas untuk
meningkatkan perekonomian dan kekuatan mereka, Seperti pembangunan stasiun
utama (1887) di Jalan Malioboro, yang secara fisik berhasil membagi jalan
menjadi dua bagian. Sementara itu, jalan Malioboro memiliki peranan
penting di era kemerdekaan (pasca-1945), sebagai orang-orang Indonesia berjuang
untuk membela kemerdekaan mereka dalam pertempuran yang terjadi Utara-Selatan
sepanjang jalan. Sekarang ini merupakan jalan pusat kawasan wisatawan terbesar
di Yogyakarta, dengan sejarah arsitektur kolonial Belanda yang dicampur dengan
kawasan komersial Cina dan kontemporer. Trotoar di kedua sisi jalan penuh sesak
dengan warung-warung kecil yang menjual berbagai macam barang dagangan. Di
malam hari beberapa restoran terbuka, disebut lesehan, beroperasi sepanjang
jalan. Jalan itu selama bertahun-tahun menjadi jalan dua arah, tetapi pada
1980-an telah menjadi salah satu arah saja, dari jalur kereta api ke selatan
sampai Pasar Beringharjo. Hotel jaman Belanda terbesar dan tertua jaman itu,
Hotel Garuda, terletak di ujung utara jalan di sisi Timur, berdekatan dengan
jalur kereta api. Juga terdapat rumah kompleks bekas era Belanda, Perdana
Menteri, kepatihan yang kini telah menjadi kantor pemerintah provinsi.
Malioboro juga menjadi
sejarah perkembangan seni sastra Indonesia. Dalam Antologi Puisi Indonesia di
Yogyakarta 1945-2000 memberi judul “MALIOBORO” untuk buku tersebut, buku yang
berisi 110 penyair yang pernah tinggal di yogyakarta selama kurun waktu lebih
dari setengah abad. Pada tahun 1970-an, Malioboro tumbuh menjadi pusat
dinamika seni budaya Jogjakarta. Jalan Malioboro menjadi ‘panggung’ bagi para
“seniman jalanan” dengan pusatnya gedung Senisono. Namun daya hidup seni
jalanan ini akhirnya terhenti pada 1990-an setelah gedung Senisono ditutup.
C. Keunikan Jalan Malioboro
Jalan
Malioboro tak hanya tentang oleh-oleh khas Yogyakarta. Sepanjang jalan ini
terdapat beberapa lokasi yang tak kalah menarik dibandingkan berburu oleh-oleh.
Tempat-tempat yang ada di jalan Malioboro diantaranya:
a. Keraton Yogyakarta
Keraton
Yogyakarta merupakan pusat budaya dan pemerintahan di Provinsi DI Yogyakarta.
Keraton menjadi kerajaan sekaligus tempat tinggal keluarga Sri Sultan. Keraton
dibangun dengan perhitungan yang luar biasa matang. Setiap tata letak dan detil
dari bangunannya diatur sesuai falsafah budaya Jawa. Keraton
dibangun menghadap ke arah utara bukan tanpa sebab. Dengan menghadap utara,
berarti keraton menghadap ke Gunung Merapi. Jika ditarik garis lurus dari utara
ke selatan, maka akan muncul garis imajiner antara Gunung Merapi, Keraton
Yogyakarta dan Pantai Parangtritis. Tak hanya menjadi pusat pemerintahan dan
tempat tinggal sultan beserta keluarganya, keraton juga menjadi salah satu
tempat wisata budaya di Yogyakarta.
b. Benteng Vredeburg
Benteng
Vredeburg merupakan sebuah museum sekaligus tempat wisata yang berada di
Jalan Malioboro. Layaknya sebuah museum, di dalam benteng terdapat koleksi
berbagai benda peninggalan masa perjuangan. Selain itu, terdapat ruang pemutaran
film perjuangan dan diorama yang menggambarkan keadaan Indonesia pada zaman
penjajahan. Benteng ini awalnya dibangun di bawah perintah Sultan
Hamengkubuwono I. Bangunan awalnya sangat sederhana, hanya dari tanah liat dan
kayu. Karena merasa terancam karena kemajuan dan perkembangan keraton, Belanda
akhirnya mengambil alih benteng ini dan menamainya Fort Rustenburg yang
kemudian berubah menjadi Fort Vredeburg atau Benteng Perdamaian sampai
sekarang.
c. Pasar Beringhardjo
Pasar
Beringhardjo adalah salah satu pasar tradisional sekaligus tempat wisata di Yogyakarta yang
ramai dikunjungi wisatawan. Di sini, Anda bisa menemukan batik dengan
beragam motif, kerajinan tangan, jajanan, aksesoris sampai rempah-rempah
sebagai bahan dasar pembuatan jamu tradisional. Lokasi pasar ini berdiri dahulu
merupakan sebuah hutan yang dipenuhi pohon beringin. Dari sini pula nama
Beringhardjo didapat. ‘Bering’ yang berarti pohon beringin dan ‘hardjo’
yang berarti sejahtera. Pasar Beringhardjo sebagai salah satu pusat kegiatan
ekonomi Yogyakarta pada zaman dahulu diharapkan bisa membawa kesejahteraan pada
warga Yogyakarta.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
a. Candi Borobudur terbagi menjadi 3 tingkat menurut kosmologi Budha yakni: Kamadhatu, Rupadhatu, Arupadhatu. Fungsi Candi Borobudur yaitu: sebagai tempat menyimpan relic, sebagai
tempat sembahyang bagi umat Budha, dan sebagai tanda peringatan dan
penghormatan sang Budha.
b.
Nama dari Ullen Sentalu ini merupakan singkatan dari
pepatah Jawa, yaitu “ULating bLENcong SEjatiNe TAtaraning LUmaku”,
artinya “Nyala lampu blencong merupakan petunjuk manusia dalam melangkah dan
meniti kehidupan”.
c.
Museum MGM ini dibuat dengan tujuan untuk pengembangan
pemahaman umum tentang Gunung merapi dan juga edukasi serta konservasi, serta beberapa
pemahaman mengenai terjadinya bencana seperti gempa bumi, tsunami dll.
d. Jalan Malioboro tak hanya
tentang oleh-oleh khas Yogyakarta. Tetapi ada tempat-tempat yang menarik di
sepanjang jalan Malioboro, diantaranya: Keraton Yogyakarta, Benteng Vredeburg,
dan pasar Beringhardjo.
2.
Kritik dan Saran
Kritik: Generasi
penerus banyak yang acuh tak acuh terhadap budaya Indonesia, mereka justru
mengagumi budaya barat yang justru merusak moral anak bangsa.
Saran: Sebagai
generasi penerus bangsa kita harus mengenali, mempelajari, dan melestarikan
budaya Indonesia agar tidak punah dan diambil oleh negara lain. Dalam rangka
mengenali dan mempelajari budaya Indonesia, mengunjungi museum dan
tempat-tempat bersejarah merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh
generasi penerus. Karena dengan mengunjungi museum dan tempat-tempat
bersejarah, mereka akan mendapat pengetahuan baru tentang budaya Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Comments
Post a Comment