TANTANGAN DAN PERAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI ERA GLOBALISASI
Editor Oleh Adist Sm
Abstract
Era globalisasi adalah
sebuah era di mana setiap informasi dapat diterima dan diserap oleh seluruh manusia
tanpa batas penghalang yang dapat menghalanginya. Luasnya dunia sudah tidak
lagi menjadi penghalang untuk penyebaran berita dan isu apapun yang update. Hal
ini tentunya menjadi hal yang baru bagi beberapa orang yang belum memiliki
pemikiran yang maju, atau bahkan akan menjadikannya hanya terlindas oleh
cepatnya perkembangan teknologi dan kemajuan zaman, karena tidak mampu
menghadapi perubahan yang demikian cepat. Oleh karena itu Agama Islam
mewajibkan kepada semua umatnya untuk menjadi umat yang berpendidikan. Orang
yang berpendidikan di era global sekarang ini diharapkan akan semakin
meningkat, sedangkan orang yang tidak berpendidikan akan semakin berkurang
sesuai dengan perkembangan zaman. Pendidikan Agama Islam membimbing anak
didiknya dalam perkembangan dirinya, baik berupa jasmani maupun rohani menuju
terbentuknya kepribadian dan akhlak yang mulia supaya nantinya akan menjadi
insan yang bermoral dimasa yang akan datang sesuai dengan nilai-nilai luhur
bangsa kita. Tujuan pendidikan Agama Islam menurut Al Qur’an meliputi: (1) Menjelaskan
posisi peserta didik sebagai manusia diantara makhluk Allah dan tanggung
jawabnya dalam kehidupan ini, (2) Menjelaskan hubungannya sebagai makhluk
sosial dan tanggung jawabnya dalam tatanan kehidupan social rmasyarakat,(3) Menjelaskan
hubungan manusia dengan alam dan tugasnya untuk mengetahui hikmah penciptaan
dengan cara menjaga dan memakmurkan alam semesta, (4) Menjelaskan hubungannya
dengan Allah SWT sebagai pencipta alam semesta.
Kata kunci: Era Globalisasi, Pendidikan Islam dan Tujuan
pendidikan Agama.
Pendahuluan
Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih telah mengakibatkan banyak
perubahan dalam tatanan sosial dan moral yang dahulu sangat dijunjung tinggi,
kini tampaknya kurang diindahkan, peserta didik dituntut untuk mengejar
ketertinggalan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut bila ingin
dikatakan tidak ketinggalan zaman.[1]Dampak
ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut juga berpengaruh terhadap globalisasi.
Globalisasi telah menciptakan dunia yang semakin terbukadan saling ketergantungan
antarnegara dan antarbangsa. Negara-negara yang ada di dunia bukan saja semakin
terbuka antara satu dengan yang lainnya, tetapi juga saling ketergantungan satu
sama lain. Karena saling ketergantungan dan saling keterbukaan ini, semua
negara semakin terbuka terhadap pengaruh globalisasi.[2]
Globalisasi
menyebabkan arus yang begitu cepat dan tidak dapat dibendung serta begitu
banyak dan beragam arus informasi. Dan arus informasi tersebut tidak hanya
berpengaruh terhadap pengetahuan tetapi juga terhadap nilai-nilai pendidikan
agama Islam. Semakin berkembangnya kebiasaan yang mengglobal dalam gaya hidup
seperti pola berpakaian, kebiasaan makan, dan kegiatan rekreasi yang semakin
seragam khususnya dikalangan kaum muda, berimplikasi pada aspek sosial, ekonomi
dan agama. Sehingga terkadang nilai-nilai agama semakin ditinggalkan, karena
dianggap kuno dan ketinggalan sementara mereka yang mengikuti trend dianggap
maju dan modern padahal mulai meninggalkan nilai-nilai agama dan moral dalam
kehidupannya. Globalisasi juga menuntut adanya persiapan dalam persaingan
kehidupan global. Persaingan itu mempunyai konsekuensi yang harus dipenuhi oleh
generasi bangsa Indonesia, diantaranya kecerdasan, keuletan, ketangguhan,
inovasi dan lain sebagainya. Agar tidak terperosok ke jurang yang lebih dalam
dan siap menghadapi persaingan global, maka perlu adanya upaya yang signifikan
demi menyelematkan anak-anak bangsa sebagai penerus perjuangan dan pemabangunan
Negara.[3]Era
globalisasi adalah era persaingan mutu atau kualitas.Maka lembaga pendidikan di
era global ini hendaknya berbasis pada mutu.Dalam menyediakan jasa pedidikan
dan mengembangkan sumber daya manusia, lembaga pendidikan hendaknya
memperhatikan bahwa keunggulan merupakan hal yang sangat penting diutamakan
saat ini.Para peserta didik yang menimba ilmu pengetahuan dan skill di lembaga
pendidikan pada dasarnya mengharapkan hasil berlipat ganda, yaitu ilmu
pengetahuan, pengalaman, skill atau keterampilan, keyakinan, perilaku atau
akhlak mulia.Semua ini diperlukan dalam rangka mempersiapkan diri memasuki atau
membuka lapangan kerja dengan mengharapkan kehidupan yang lebih baik dan
sejahtera secara lahir dan batin.[4]
Untuk
menangkal pengaruh globalisasi tersebut salah satu upaya yang dilakukan adalah
melalui jalur pendidikan, terutama pendidikan agama Islam. Sebab maju mundurnya
atau baik buruknya suatu bangsa akan ditentukan oleh keadaan pendidikan yang
dijalani oleh bangsa itu.[5]Tujuan
Pendidikan Islam Menurut Muhammad Fadhil al- Jamaly, tujuan pendidikan islam
menurut Al Qur’an meliputi: (1) Menjelaskan posisi peserta didik sebagai
manusia diantara makhluk Allah lainnya dan tanggung jawabnya dalam kehidupan
ini, (2) Menjelaskan hubungannya sebagai makhluk sosial dan tanggung jawabnya
dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, (3) Menjelaskan hubungan manusia dengan
alam dan tugasnya untuk mengetahui hikmah penciptaan dengan cara memakmurkan
alam semesta, (4) menjelaskan hubungannya dengan Kholik sebagai pencipta alam
semesta. Pendidikan adalah sesuatu yang dapat mengembangkan potensi
masyarakat, mampu menumbuhkan kemauan, serta membangkitkan nafsu generasi
bangsa untuk menggali berbagai potensi, dan mengembangkannya secara optimal
bagi kepentingan pembangunan masyarakat secara utuh dan menyeluruh. Pada
dasarnya, Islam sebagai agama yang sempurna telah memberikan pijakan yang jelas
tentang tujuan dan hakikat pendidikan, yakni memberdayakan potensi fitrah
manusia yang condong kepada nilai-nilai kebenaran dan kebajikan agar ia dapat
memfungsikan dirinya sebagai hamba Allah (QS. As-Syams: 8; QS.
Adz-Dzariyat:56). Oleh karena itu, pendidikan berarti suatu proses membina
seluruh potensi manusia sebagai makhluk yang beriman dan bertakwa, berfikir dan
berkarya, untuk kemaslahatan diri dan lingkungannya. Agama Islam adalah panduan
dan pedoman hidup manusia di dunia hingga di akhirat nanti.Pengajaran Islam
kepada semua manusia merupakan salah satu kewajiban utama dalam Islam. Ajaran
Islam yang diterima Nabi dan Rasul yang pertama kali bisa dikenal oleh generasi
berikutnya bahkan sampai generasi sekarang di sebabkan adanya kegiatan
pengajaran tersebut. Tanpa transformasi pengetahuan keislaman terputuslah suatu
generasi Islam kegenerasi berikutnya. Dengan
adanya pendidikan agama diharapkan peserta didik memiliki kepribadian yang
utama. Pendidikan agama bertujuan untuk membentuk insan kamil (kesempurnaan
insani) yang bermuara pada pendekatan diri kepada Allah dan kebahagiaan dunia
dan akhirat. Pendidikan agama juga diharapkan mampu membentuk kesadaran diri
peserta didik sebagai hamba Allah sekaligus fungsinya sebagai khalifah di bumi.[6]
Tantangan Pendidikan Islam di Era
Globalisasi
Fenomena
yang terbangun dengan munculnya era globalisasi telah memberikan berbagai macam
problem baik tentang bagaimana informasi yang terus berkembang tanpa pandang bulu
dapat diserap atau juga bagaimana mensikapi hal baru yang selalu saja datang
silih berganti tanpa adanya filter yang menyaringnya. Era globalisasi dengan
teknologi informasinya semakin dapat dirasakan perkembangannya, dengan medianya
yang berupa komputer, televisi, hand phone, dan peralatan canggih lainnya,
telah benar-benar menjadi hal yang komplek dalam transformasi informasi. Pada
masyarakat informasi peranan media elektronika sangat memegang peran penting,
bahkan menentukan corak kehidupan. Sebab lewat komunikasi satelit, orang tidak
hanya memasuki lingkungan informasi dunia, tetapi juga sanggup mengolahnya dan
mengemukakannya secara lisan, tulisan, bahkan visual. Disisi lain, Muhammad
Tholchah Hasan mengemukakan tantangan pendidikan Islam yang harus dihadapi di
era global ini adalah kebodohan, kebobrokan moral, dan hilangnya karakter
muslim. Secara lebih terperinci beberapa tantangan yang ditimbulkan oleh
globalisasi informasi dan komunikasi adalah:
a.
Keberadaan
publikasi informasi merupakan sarana efektif penyebaran isu, sehingga dapat
menimbulkan saling kecurigaan di antara umat.
b.
Dalam
banyak aspek keperkasaan Barat dalam dominasi dan imperalisasi informasi, yang
dapat menimbulkan sukularisme, kapitalisme, pragmatisme, dan sebagainya.
c.
Dari
sisi pelaksanaan komunikasi informasi, ekspos persoalan seksualitas,
peperangan, dan kriminal, berdampak besar pada pembentukan moral dan perubahan
tingkah laku.
d.
Lemahnya
sumber daya Muslim sehingga di banyak hal harus mengimport produk teknologi
Barat.
Dan inilah
menurut para pakar pendidikan yang menjadi PR besar bagi setiap institusi
pendidikan termasuk pendidikan Islam. Dengan melihat fenomena tersebut, jelas
tidak dapat dipungkiri lagibahwa perubahan dalam segala bentuk dan sistem baik
bersifat personal maupun global bisa terjadi dalam hitungan waktu yang relatif
sangat singkat. Maka ini merupakan sebuah tantangan yang mutlak dijawab oleh
pendidikan Islam dengan tujuan dan cita- citanya yang luhur. Walaupun pada
dasarnya Islam sebagai sebuah sistem telah memberikan wacana tentang perubahan
yang memang harus terjadi demi mencapai tujuan hidup manusia yang dijadikan
landasan tujuan pendidikan Islam. Seperti telah difirmankan Allah swt dalam Al-Qur’an
surat ar-Ra’d ayat 11, yang artinya: “Sesungguhnya
Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri”.Dengan demikian, Islam menganjurkan adanya
perubahan yang positif dalam keadaan apapun sehingga mengarah pada kemajuan dan
perbaikan. Pemahaman yang demikian perlu di tumbuhkembangkan pada cara berfikir
peserta didik sebagai generasi kedepan. Memperluas wawasan dan membentuk sikap
yang toleran terhadap berbagai perubahan dengan tanpa kehilangan pegangan dan
pendirian, sebab perubahan yang terjadi merupakan sunnatullah. Maksudnya, agar
peserta didik menjadi generasi yang mampu menyesuaikan diri dan tetap efektif
berjuang di tengah perubahan sosial yang mendunia tanpa kehilangan komitmen
serta sikap ketakwaan. Dengan demikian, generasi tersebut dapat mengambil posisi
subyek yang ikut memainkan peranan dan tidak sekedar menjadi penonton atau tamu
di sebuah desa global dengan realitas budaya yang ada.[7]Dengan
mempertimbangkan beberapa tantangan pendidikan Islam diatas, telah memberikan
sebuah inspirasi bahwa menyiapkan sumber daya manusia yang siap menghadapi
tantangan adalah tugas pendidikan Islam. Hal itupun tidak terlepas dari
berbagai peluang yang dapat dijadikan sebagai jalan untuk membina generasi dan
peserta didik untuk lebih dapat bersaing dan berkiprah di desa global yang
tanpa batas.
Peran Pendidikan Islam di Era
Globalisasi
Pendidikan
memiliki keterkaitan erat dengan globalisasi. Pendidikan tidak mungkin
menisbikan proses globalisasi yang akan mewujudkan masyarakat global ini. Dalam
menuju era globalisasi, Indonesia harus melakukan reformasi dalam proses
pendidikan, dengan tekanan menciptakan sistem pendidikan yang lebih
komprehensif, dan fleksibel, sehingga para lulusan dapat berfungsi secara
efektif dalam kehidupan masyarakat global demokratis. Untuk itu, pendidikan
harus dirancang sedemikian rupa yang memungkinkan para peserta didik
mengembangkan potensi yang dimiliki secara alami dan kreatif dalam suasana
penuh kebebasan, kebersamaan, dan tanggung jawab. Disamping itu, pendidikan
harus menghasilkan lulusan yang dapat memahami masyarakatnya dengan segala
faktor yang dapat mendukung mencapai sukses ataupun penghalang yang menyebabkan
kegagalan dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu alternatif yang dapat
dilakukan adalah mengembangkan pendidikan yang berwawasan global.[8]
Selain itu, program pendidikan harus diperbaharui, dibangun kembali atau
dimoderenisasi sehingga dapat memenuhi harapan dan fungsi yang dipikulkan
kepadanya. Sedangkan solusi pokok menurut Rahman adalah pengembangan wawasan
intelektual yang kreatif dan dinamis dalam sinaran dan terintegrasi dengan
Islam harus segera dipercepat prosesnya. Sementara itu, menurut Tibi, solusi
pokoknya adalah secularization, yaitu industrialisasi sebuah masyarakat yang
berarti diferensiasi fungsional dari struktur sosial dan sistem keagamaannya.
Berbagai
macam tantangan tersebut menuntut para penglola lembaga pendidikan, terutama
lembaga pendidikan Islam untuk melakukan perenungan dan penelitian kembali apa
yang harus diperbuat dalam mengantisipasi tantangan tersebut, model-model
pendidikan Islam seperti apa yang perlu ditawarkan di masa depan, yang
sekiranya mampu mencegah dan atau mengatasi tantangan tersebut. Melakukan
nazhar dapat berarti at-taammul wa
al’fahsh, yakni melakukan perenungan atau menguji dan memeriksanya secara
cermat dan mendalam, dan bisa berarti taqlib
al-bashar wa al-bashirah li idrak al- syai’ wa ru’yatihi, yakni melakukan perubahan
pandangan (cara pandang) dan cara penalaran (kerangka pikir) untuk menangkap
dan melihat sesuatu, termasuk di dalamnya adalah berpikir dan berpandangan
alternatif serta mengkaji ide-ide dan rencana kerja yang telah dibuat dari
berbagai perspektif guna mengantisipasi masa depan yang lebih baik.[9]
Penutup
Ajaran
agama Islam mewajibkan umat pemeluknya supaya sanggup menjadi umat yang
terpelajar, di mana jumlah orang yang berpendidikan harus semakin meningkat,
sedangkan jumlah orang yang tidak berpendidikan akan terus berkurang dan
akhirnya lenyap. Pendidikan adalah proses mempersiapkan masa depan anak didik dalam
mencapai tujuan hidup secara efektif dan efisien. Pendidikan Islam membimbing
anak didik dalam perkembangan dirinya, baik jasmani maupun rohani menuju
terbentuknya kepribadian yang utama pada anak didik nantinya yang didasarkan
pada hukum-hukum Islam. Dasar-dasar pendidikan Islam meliputi: Al-Qur’an,
sunnah, dan ijtihad. tujuan pendidikan islam menurut Al Qur’an meliputi (1)
menjelaskan posisi peserta didik sebagai manusia diantara makhluk Allah lainnya
dan tanggung jawabnya dalam kehidupan ini, (2) menjelaskan hubungannya sebagai
makhluk sosial dan tanggung jawabnya dalam tatanan kehidupan bermasyarakat,(3)
menjelaskan hubungan manusia dengan alam dan tugasnya untuk mengetahui hikmah
penciptaan dengan cara memakmurkan alam semesta, (4) menjelaskan hubungannya
dengan Kholik sebagai pencipta alam semesta.
Fenomena
yang terbangun dengan munculnya era globalisasi telah memberikan berbagai macam
problem baik tentang bagaimana informasi yang terus berkembang tanpa pandang
bulu dapat diserap atau juga bagaimana mensikapi hal baru yang selalu saja
datang silih berganti tanpa adanya filter yang menyaringnya.
Berbagai
macam tantangan tersebut menuntut para penglola lembaga pendidikan, terutama
lembaga pendidikan Islam untuk melakukan perenungan dan penelitian kembaliyakni
melakukan perenungan atau menguji dan memeriksanya secara cermat dan mendalam,
dan bisa berarti taqlib al-bashar wa
al-bashirah li idrak al- syai’ wa ru’yatihi, yakni melakukan perubahan
pandangan (cara pandang) dan cara penalaran (kerangka pikir) untuk menangkap
dan melihat sesuatu, termasuk di dalamnya adalah berpikir dan berpandangan
alternatif serta mengkaji ide-ide dan rencana kerja yang telah dibuat dari
berbagai perspektif guna mengantisipasi masa depan yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
·
Arief, Armai.Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan
Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002).
·
Asifudin,Ahmad Janan. Mengungkit Pilar-pilar Pendidikan Islam
(Tinjauan Filosofis), (Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press, 2009).
·
Azra, Azumarid. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi
Menuju Milenium baru (Jakarta: Logos, 1999).
·
Ihsan, Fuad. Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1996).
·
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam: mengurai
benang kusut dunia pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2006),
86-89.
·
Sufyarma. Kapita Selekta Manajemen Pendidikan (Bandung:
Alfabeta, 2004)
·
Shindunata, Menggagas Pardigma Baru Pendidikan
Demokratisasi, Otonomi, Civil Society, Globalisasi (Yogyakarta: Kanisius,
2000).
·
Syafi‘i Ma‘arif, dkk.Pendidikan Islam di Indonesia Antara Cita
dan Fakta (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991).
·
Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan,
(Jogjakarta: Gigraf Publishing, 2000), 90-91.
·
[1]Fuad Ihsan,.Dasar-dasar Kependidikan(Jakarta: Rineka
Cipta, 1996), 146.
[2]Shindunata, Menggagas Pardigma Baru Pendidikan
Demokratisasi, Otonomi, Civil Society, Globalisasi (Yogyakarta: Kanisius, .
2000),107.
[3]Azumarid Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi
Menuju Milenium baru (Jakarta: Logos, 1999),2.
[4]Sufyarma, Kapita Selekta Manajemen Pendidikan (Bandung:
Alfabeta, 2004), 161.
[5] Ma‘arif, Syafi‘i,
dkk, Pendidikan Islam di Indonesia Antara
Cita dan Fakta (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991),8.
[6]Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan
Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 18-19.
[7]Ahmad Janan Asifudin, Mengungkit Pilar-pilar Pendidikan Islam
(Tinjauan Filosofis), (Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press, 2009), 83-84.
[8] Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan,
(Jogjakarta: Gigraf Publishing, 2000), 90-91.
[9]Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam: mengurai
benang kusut dunia pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2006),
86-89.
Comments
Post a Comment