Skip to main content

REVIEW EVALUASI PEMBELAJARAN

Evaluasi merupakan salah satu komponen dari sistem pendidikan yang harus dilakukan secara sitematis dan terencana sebagai alat untuk mengukur keberhasilan atau target yang akan dicapai. dalam proses pendidikan dan
pembelajaran. Evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau
harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu.
 Dalam bahasa Arab, evaluasi dikenal dengan istilah imtihan, yang berarti ujian. Dikenal juga dengan istilah khataman sebagai cara menilai hasil akhir dari proses pendidikan. Evaluasi dalam Pendidikan Islam merupakan cara atau teknik penilaian terhadap tingkah laku anak didik berdasarkan standar penghitungan yang bersifat komprehensif dari seluruh aspek kehidupan mental-psikologi dan spiritualreligius, karena manusia bukan saja sosok pribadi yang hanya bersikap religius, melainkan juga berilmu dan berketerampilan yang sanggup beramal dan berbakti kepada tuhan dan masyarakat. Dalam proses Pendidikan Islam, tujuan merupakan sasaran ideal yang
hendak dicapai dalam program dan diproses dalam produk kependidikan Islam
atau output kependidikan Islam. Dengan memperhatikan kekhususan tugas Pendidikan Islam yang meletakkan faktor pengembanagan fitrah dan anak didik,
nilai-nilai agama dijadikan landasan kepribadian anak didik yang dibentuk melalui proses itu, maka idealitas Islam yang telah terbentuk dan menjiwai pribad anak didik tidak dapat diketahui oleh pendidik muslim, tanpa melalui proses
evaluasi.
Sistem Evaluasi dalam al-Qur’an Al-Qur’an menginspirasikan bahwa pekerjaan evaluasi terhadap manusia didik adalah suatu tugas penting dalam rangkaian proses pendidikan yang telah dilaksanakan oleh pendidik. Ada tiga tujuan pedagogis dari sistem evaluasi Allah terhadapmanusia,
 yaitu sebagai berikut:
a. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problema kehidupan yangdialaminya.
b. Untuk mengetahui sampai di mana atau sejauhmana hasil pendidikan wahyu
yang telah diterapkan Rasulullah terhadap umatnya.
c. Untuk menentukan klasifikasi tingkat tingkat hidup keIslaman atau keimanan
manusia, sehingga manusia diketahui yang paling mulia di sisi Allah, yaitu paling bertaqwa kepada Nya, manusia yang sedang dalam iman dan ketaqwaannya, manusia yang ingkar kepada ajaran Islam.
Perilaku Evaluasi Pendidikan. Menurut A. Tabrani Rusydan dan
kawan-kawan, evaluasi mempunyai
beberapa fungsi, yaitu:
1. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional secara komperhensif yang meliputi aspekpengetahuan, sikap, dan tingkah laku.
2. Sebagai umpan balik yang berguna bagi tindakan berikutnya di mana segi-segi yang sudah dapat dicapai lebih ditingkatkan lagi dan segi yang dapat merugikan sebanyak mungkin dihindari.
3. Bagi pendidik, evaluasi berguna untuk mengukur keberhasilan proses belajar mengajar: bagi peserta didik berguna untuk mengetahui bahan pelajaran yang
diberikan dan dikuasainya, dan bagi masyarakat untuk mengetahui berhasil atau tidaknya program-progra dilaksanakan.
4. Untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program remedial
bagi murid.
5. Untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar.
6. Untuk menempatkan murid dalam situasi belajar mengajar tepat.
7. Untuk mengenal latar belakang murid yang mengalami kesulitan-kesulitan
belajar.
Selain fungsi di atas, evaluasi juga
sebagai:
1. Selektif, yaitu sebagai seleksi atau penilaian terhadap siswa.
2. Diagnostic, yaitu sebagai alat yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan   dalam kelemahan siswa.
3. Penempatan, yaitu untuk menempatkan tempat di mana seorang siswa
ditempatkan.
4. Pengukur keberhasilan, yaitu untuk mengetahui sejauhmana suatu program
berhasil diterapkan.
Adapun fungsi evaluasi pendidikan
Islam adalah:
1. Islah, yaitu perbaikan terhadap semua komponen pendidikan, termasuk
perbaikan perilaku, wawasan, dan kebiasaan-kebiasaan peserta didik.
2. Tazkiyah, yaitu penyucian terhadap semua komponen pendidikan.
3. Tajdid, yaitu memodernisasi semua kegiatan pendidikan.
4. Al-dakhkil, yaitu masukan sebgai laporan bagi orang tua peserta didik


Comments

Popular posts from this blog

Cabang Kaidah Masyaqqah Tajlibu Al-taisir

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Syariat Islam tidak mentaklifkan kepada manusia sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh mereka dan sesuatu yang boleh menjatuhkan mereka ke dalam kesusahan atau dengan sesuatu yang tidak bertepatan dan serasi dengan naluri serta tabiat mereka. Masyaqqah atau kesukaran yang akan menjadi sebab kepada keringanan dan dipermudahkan berdasarkan kaedah ini ( masyaqqah tajlibu al-taisir ) ialah masyaqqah yang melampaui hal biasa dan tidak mampu ditanggung oleh manusia pada kebiasaannya, bahkan bisa memudaratkan diri seseorang dan menghalanginya dari melakukan   amal yang berguna. Kesukaran dan kesulitan yang menjadi problematika dan dilema yang terjadi pada mukallaf menuntut adanya penetapan hukum untuk mencapai kemaslahatan dan kepastian hukum guna menjawab permasalahan yang terjadi.  Sebelum adanya makalah ini, terdapat penjelasan tentang qaidah pokok dari masyaqqah tajlibu al-taisir, dan ini adalah tahap yang selanjutnya yaitu membaha

Tahapan – tahapan Dalam Tasawuf Untuk Mencapai Ma’rifat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melihat sejarah kehidupan dan perjuangan al-Gazali (450-505 H./1058-1111 M.) yang panjang dan melelahkan untuk mencari pengetahuan yang benar (al-makrifat) yang mampu meyakinkan dan memuaskan batinnya, akhirnya, ia temukan pengetahuan yang benar setelah ia mendalami dan mengamalkan ajaran kaum sufi. Dalam kajian ilmu tasawuf “Ma’rifat” adalah mengetahui Tuhan dari dekat, sedekat-dekatnya sehingga hati sanubari dapat melihat Tuhan”. Menurut shufi jalan untuk memperoleh ma’rifah ialah dengan membersihkan jiwanya serta menempuh pendidikan shufi yang mereka namakan maqamat, seperti hidup, taubat, zuhud, wara’, ikhlas, sabar, syukur, qona’ah, tawakal, ridlo, mahabbah,  barulah tercapai ma’rifat. Dengan kata lain ma’rifat  merupakan maqomat tertinggi dimana puncak seorang hamba bersatu dengan sang Khaliq.    Dalam makalah ini kita akan membahas tentang Ma’rifah dan Tahapan-tahapan untuk mencapai ma’rifat. Semoga makalah ini dapat bermanfaat

TAFSIR AYAT TENTANG KEBUTUHAN DAN KEINGINAN

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Al-Quran merupakan mukjizat yang sampai saat ini masih bisa kita pegang dan jumpai. Tak hanya mampu menjadi sumber hukum utama bagi umat Islam. Al-Quran juga mengandung beragam pengetahuan yang mampu mengikuti perkembangan zaman, tak terkecuali dalam hal ekonomi. Begitu banyak ayat al-Quran yang menerangkan mengenai kegiatan-kegiatan ekonomi guna memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia. Terdapat beberapa ayat al-Quran yang menjelaskan hal tersebut. Di antara ayat tersebut terdapat dalam surat al-Mu’min ayat 80, al-Baqarah ayat 216, dan an-Nisa’ ayat 27 yang perlu dikaji lebih dalam demi terpenuhinya kebutuhan dan keinginan yang sesuai prinsip Islam. B.      Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, penyusun merumuskan masalah-masalah yang akan dikaji dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 1.       Bagaimana tafsir, kajian ekonomi, serta cotoh nyata dalam surat al-Mu’min ayat 80? 2.       Bagaimana tafsir, kajian eko