Skip to main content

Mamahami Arti sebuah Cinta yang Sebenarnya

        Cinta… Ya. Itulah sepenggal kata yang sering kali diucapkan dan dirasakan oleh semua orang. Suatu bentuk ungkapan dan luapan perasaan seorang manusia. Tidak dapat dilihat, Tidak dapat disentuh, Namun dapat dirasakan, diluapkan, maupun dipendam. Kehadirannya kadang tiba- tiba, bagaikan kemarau panjang yang langsung terkena deburan air hujan. Bisa menyegarkan dan membahagiakan. Namun juga bisa Menyakitkan MasyaAllah. Berbagai buku ditulis untuk mengungkap dan memahami arti sebuah cinta, mulai dari yang berjudul: ‘Pacaran dalam Islam’, ‘Ya Allah Aku sedang Jatuh Cinta’, ‘Jatuh Cinta itu Indah’, ‘Eifel I am in Love’, dll. Yang semuanya dijelaskan dalam puluhan, bahkan ratusan lembar untaian kata- kata. MasyaAllah…Padahal cinta itu begitu sederhana, ia hanya terbagi menjadi 2 belahan, yaitu cinta yang abadi (cinta kepada sang ilahi), dan cinta yang fana (cinta kepada sesama manusia). 
      Cinta yang ABADI selalu diliputi oleh perasaan senang, tenang, dan nyaman, karena perasaan ini terhubung langsung dengan sang ilahi. Sedangkan cinta yang FANA diliputi oleh nafsu, perasaan gelisah, tidak tenang, dan kadang menyakitkan. Banyak sahabat kita yang terpuruk dalam kesedihan yang mendalam karena cinta yang fana. Ia disakiti bahkan dikhianati oleh orang- orang yang sangat mereka cintai. Astagfirullah hal’adzim… Padahal, adanya cinta sebenarnya akan membuat kita bahagia, bukan membuat kita sengsara dan merana. Memang tidak mudah, bagi orang yang sudah terikat oleh cinta yang fana untuk bangkit kembali dari kesedihan, karena perasaannya masih memikirkan zat yang fana pula. 
        Dengan terlalu menyandarkan hati kita pada zat yang lemah, maka kita pun akan tumbuh menjadi pribadi yang lemah pula. Maka, mulai saat ini jadilah orang- orang yang tangguh. Yang tidak pernah bersedih dan menangis hanya karena sebuah cinta yang fana. Jangan sandarkan jiwa dan hati Anda yang sucipada cinta yang bisa menyakiti. Waktu masih panjang dan masih begitu banyak impian yang belum kita raih dalam hidup ini. Oleh sebab itu, kita membutuhkan kekuatan cinta yang luar biasa yaitu Cinta yang abadi, cinta kepada sang ilahi.
       Silahkan Anda mencintai orang- orang yang Anda cintai, tapi cintailah mereka dengan cinta yang sewajarnya. Seandainya Anda ditinggalkan atau disakiti olehnya, maka Anda tidak terpuruk dalam kesedihan yang mendalam dan dapat langsung bangkit dari keterpurukan, karena masih mempunyai 1 cinta abadi yang hakiki, yaitu cinta kepada sang ilahi. Cinta yang tulus dan tak pernah menyakiti… Cinta yang memberi kekuatan dan menyejukkan hati… Cinta yang murni dan berasal dari cahaya ilahi. Curahkan cinta Anda lebih kepada Allah ta’ala, karena inilah yang menjadi bukti ketulusan iman dan ketaqwaan kita kepadaNya. Bahkan rosulullah pun bersabda: “Barangsiapa memberi karena Allah, menolak karena Allah, mencintai karena Allah, membenci karena Allah, dan menikah karena Allah, maka sempurnalah imannya”. (HR. Abu Dawud). 
        Cinta yang fana belum tentu bisa membawa kita ke Surga.Namun cinta yang abadi dapat membawa kita ke Surga. Cintailah rosulullah, karena kelak orang- orang yang mencintai beliau akan dipertemukan dengan beliau di Surga. Hadis riwayat Anas bin Malik ra.: “Bahwa seorang Arab badui bertanya kepada Rasulullah saw : Kapankah kiamat itu tiba? Rasulullah menjawab: Apa yang telah kamu persiapkan untuk menghadapinya? Lelaki itu menjawab: “Aku Cinta Allah dan RasulNya”. Kemudian rasulullah bersabda: “Kamu akan bersama orang yang kamu cintai” (bersama dengan rosul di Surga). (Shahih Muslim No.4775). 
       MasyaAllah…Jika Anda terlalu mencintai dan mengejar Dunia, maka Anda tidak mungkin mendapatkan Akhirat. Namun jika Anda mencintai dan mengejar Akhirat, maka Anda pasti mendapatkan keduanya (Dunia dan Akhirat). Mengapa..? Karena Akhirat tidak hanya mengajarkan kita bagaimana cara untuk memasukinya, tapi juga mengajarkan bagaimana kita untuk menaklukkan dan meraih apa yang terbaik di Dunia ini.
       Bagaimana dengan Anda…? Masihkah Anda mengalirkan air mata kesedihan hanya karena sebuah cinta yang fana..? Dan sudahkah Anda mencintai Allah dan Rosulullah dalam cinta yang abadi..? Semoga sepenggal tulisan ini, dapat membantu Anda untuk lebih memahami arti sebuah cinta yang sebenarnya. Membuat Anda menjadi orang- orang tangguh, yang selalu mencintai Allah dan Rosulullah dalam ikatan cinta yang abadi. Allahumma Amiin…

Comments

Popular posts from this blog

Cabang Kaidah Masyaqqah Tajlibu Al-taisir

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Syariat Islam tidak mentaklifkan kepada manusia sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh mereka dan sesuatu yang boleh menjatuhkan mereka ke dalam kesusahan atau dengan sesuatu yang tidak bertepatan dan serasi dengan naluri serta tabiat mereka. Masyaqqah atau kesukaran yang akan menjadi sebab kepada keringanan dan dipermudahkan berdasarkan kaedah ini ( masyaqqah tajlibu al-taisir ) ialah masyaqqah yang melampaui hal biasa dan tidak mampu ditanggung oleh manusia pada kebiasaannya, bahkan bisa memudaratkan diri seseorang dan menghalanginya dari melakukan   amal yang berguna. Kesukaran dan kesulitan yang menjadi problematika dan dilema yang terjadi pada mukallaf menuntut adanya penetapan hukum untuk mencapai kemaslahatan dan kepastian hukum guna menjawab permasalahan yang terjadi.  Sebelum adanya makalah ini, terdapat penjelasan tentang qaidah pokok dari masyaqqah tajlibu al-taisir, dan ini adalah tahap yang selanjutnya yaitu membaha

Tahapan – tahapan Dalam Tasawuf Untuk Mencapai Ma’rifat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melihat sejarah kehidupan dan perjuangan al-Gazali (450-505 H./1058-1111 M.) yang panjang dan melelahkan untuk mencari pengetahuan yang benar (al-makrifat) yang mampu meyakinkan dan memuaskan batinnya, akhirnya, ia temukan pengetahuan yang benar setelah ia mendalami dan mengamalkan ajaran kaum sufi. Dalam kajian ilmu tasawuf “Ma’rifat” adalah mengetahui Tuhan dari dekat, sedekat-dekatnya sehingga hati sanubari dapat melihat Tuhan”. Menurut shufi jalan untuk memperoleh ma’rifah ialah dengan membersihkan jiwanya serta menempuh pendidikan shufi yang mereka namakan maqamat, seperti hidup, taubat, zuhud, wara’, ikhlas, sabar, syukur, qona’ah, tawakal, ridlo, mahabbah,  barulah tercapai ma’rifat. Dengan kata lain ma’rifat  merupakan maqomat tertinggi dimana puncak seorang hamba bersatu dengan sang Khaliq.    Dalam makalah ini kita akan membahas tentang Ma’rifah dan Tahapan-tahapan untuk mencapai ma’rifat. Semoga makalah ini dapat bermanfaat

TAFSIR AYAT TENTANG KEBUTUHAN DAN KEINGINAN

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Al-Quran merupakan mukjizat yang sampai saat ini masih bisa kita pegang dan jumpai. Tak hanya mampu menjadi sumber hukum utama bagi umat Islam. Al-Quran juga mengandung beragam pengetahuan yang mampu mengikuti perkembangan zaman, tak terkecuali dalam hal ekonomi. Begitu banyak ayat al-Quran yang menerangkan mengenai kegiatan-kegiatan ekonomi guna memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia. Terdapat beberapa ayat al-Quran yang menjelaskan hal tersebut. Di antara ayat tersebut terdapat dalam surat al-Mu’min ayat 80, al-Baqarah ayat 216, dan an-Nisa’ ayat 27 yang perlu dikaji lebih dalam demi terpenuhinya kebutuhan dan keinginan yang sesuai prinsip Islam. B.      Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, penyusun merumuskan masalah-masalah yang akan dikaji dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 1.       Bagaimana tafsir, kajian ekonomi, serta cotoh nyata dalam surat al-Mu’min ayat 80? 2.       Bagaimana tafsir, kajian eko